Kecerdasan buatan (AI) merupakan salah satu bidang yang mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir. China, yang sebelumnya dikenal sebagai negara dengan populasi besar dan kekuatan industri, telah berkembang menjadi pemain utama dalam dunia teknologi, terutama dalam bidang AI. Perjalanan China dalam pengembangan kecerdasan buatan mencakup sejumlah langkah strategis, kebijakan pemerintah, dan kolaborasi antara sektor publik dan swasta. Artikel ini akan membahas sejarah perkembangan kecerdasan buatan di China, dari masa awal hingga peran negara ini dalam memimpin revolusi teknologi global.
1. Awal Mula Penelitian AI di China (1950-an – 1980-an)
Penelitian tentang kecerdasan buatan di China dimulai pada akhir 1950-an. Pada waktu itu, negara ini mulai mengenal konsep AI melalui penerjemahan karya-karya dari para ilmuwan barat, seperti Alan Turing dan John McCarthy, yang memperkenalkan teori dan prinsip dasar kecerdasan buatan. Pemerintah China mulai membentuk tim riset yang fokus pada pemrograman komputer dan pembelajaran mesin.
Pada 1978, China mendirikan pusat penelitian pertama dalam bidang kecerdasan buatan di Universitas Tsinghua, Beijing. Namun, pada masa ini, perkembangan AI masih terhambat oleh keterbatasan teknologi dan sumber daya manusia. Selain itu, kebijakan pemerintah pada era ini lebih berfokus pada pengembangan sektor lain, seperti industri berat dan pertanian.
2. Kebangkitan Kecerdasan Buatan di Era Reformasi (1990-an – 2000-an)
Seiring dengan dimulainya era reformasi ekonomi pada akhir 1980-an dan 1990-an, China mulai membuka diri terhadap perkembangan teknologi global, termasuk kecerdasan buatan. Pada masa ini, penelitian dalam bidang AI mulai mendapat perhatian lebih besar dari pemerintah dan sektor swasta.
Pada tahun 1994, China mengembangkan sistem kecerdasan buatan pertama yang digunakan untuk pengenalan suara dan bahasa. Sistem ini digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk asisten virtual di bidang telekomunikasi. Selain itu, beberapa universitas terkemuka seperti Universitas Tsinghua dan Universitas Zhejiang mulai mendirikan laboratorium riset AI yang lebih maju, memperkenalkan AI dalam berbagai bidang seperti robotika dan pengolahan bahasa alami.
Pada 2000-an, pemerintah China mulai memperkenalkan kebijakan yang lebih mendukung riset dan pengembangan teknologi tinggi, termasuk AI. Pemerintah memberikan insentif dan dana riset untuk perusahaan dan institusi pendidikan yang berfokus pada teknologi ini. Meski demikian, pada periode ini, AI di China masih tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat.
3. Dekade 2010-an: Keputusan Strategis dan Investasi Besar-Besaran
Dekade 2010-an menandai periode transformasi besar bagi perkembangan kecerdasan buatan di China. Pada tahun 2017, pemerintah China mengeluarkan rencana strategis yang ambisius, yakni “Aksi Pengembangan Kecerdasan Buatan untuk 2030”, yang bertujuan menjadikan China sebagai pemimpin dunia dalam bidang AI. Rencana ini mencakup pengembangan teknologi AI, penguatan infrastruktur data besar (big data), dan pengembangan aplikasi AI di berbagai sektor, mulai dari otomotif, kesehatan, hingga pertahanan.
Dalam dekade ini, sektor swasta di China mulai berperan lebih aktif dalam pengembangan AI. Perusahaan teknologi besar seperti Baidu, Alibaba, dan Tencent berinvestasi besar-besaran dalam riset dan pengembangan AI. Baidu, misalnya, meluncurkan teknologi pengenalan suara dan mobil otonom, sementara Alibaba mengembangkan sistem AI untuk perdagangan elektronik dan logistik. Tencent juga memperkenalkan platform kecerdasan buatan untuk layanan hiburan dan game.
Selain itu, sektor manufaktur di China mulai mengintegrasikan AI ke dalam proses produksi untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas. Penggunaan robot industri dan otomasi yang didukung AI semakin meningkat, membuat China menjadi pusat manufaktur pintar.
4. China Menjadi Pemimpin Global dalam AI (2020 – Sekarang)
Pada tahun 2020-an, China semakin mengukuhkan posisinya sebagai pemimpin global dalam kecerdasan buatan. Pemerintah terus mengalokasikan dana besar untuk pengembangan riset AI dan infrastruktur data, serta memperkenalkan kebijakan yang mendukung adopsi AI secara luas di masyarakat. Dalam hal ini, China tidak hanya berfokus pada pengembangan teknologi, tetapi juga regulasi dan etika terkait penggunaan AI.
Salah satu area yang berkembang pesat adalah pengenalan wajah dan teknologi biometrik, yang banyak digunakan di berbagai sektor, mulai dari keamanan publik hingga layanan keuangan.
China juga menjadi pusat penelitian dalam bidang kecerdasan buatan terapan. China juga mulai berkolaborasi dengan negara-negara lain dalam proyek penelitian dan pengembangan teknologi AI.
5. Tantangan dan Prospek Masa Depan
Meski telah mencapai kemajuan pesat, pengembangan kecerdasan buatan di China tidak tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah masalah privasi dan pengawasan yang terkait dengan penggunaan teknologi AI, terutama dalam hal pengenalan wajah dan pengumpulan data pribadi. Negara ini juga harus menghadapi masalah etika dalam penerapan AI, seperti diskriminasi algoritma dan dampaknya terhadap pekerjaan manusia.
Kesimpulan
Sejarah perkembangan kecerdasan buatan di China menunjukkan perjalanan yang panjang, penuh tantangan, dan strategi yang ambisius. Dari awal yang sederhana di era 1950-an hingga menjadi pemimpin global dalam teknologi AI pada dekade 2020-an, China telah menunjukkan komitmennya untuk menguasai bidang ini. Dengan dukungan dari pemerintah dan sektor swasta, masa depan kecerdasan buatan di China sangat cerah, meskipun beberapa tantangan masih harus dihadapi untuk memastikan penerapan AI yang adil dan bertanggung jawab.